Cerita yang tersaji dalam buku ini kami ambil dari sebuah naskah kuno dengan judul Wawacan Sukma Jati yang ditulis oleh Aminta pada tahun 1939. Naskah kuno adalah tulisan tangan yang umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun. Naskah kuno ini kami temukan dari Desa Salakaria, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis.
Cerita dari naskah kuno ini sebelumnya kami transliterasi (alih aksara) terlebih dahulu dari aksara Pegon (aksara Arab berbahasa Sunda) ke dalam aksara Latin. Hasil dari transliterasi ini kemudian diedisi dengan menggunakan metode Filologi. Filologi adalah disiplin ilmu tentang naskah kuno dan teks (isi) yang terkandung di dalamnya. Terakhir, cerita yang telah diedisi ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Cerita ini ditulis dalam bentuk wawacan. Wawacan adalah karya sastra puisi yang naratif (bersifat cerita). Bentuk-bentuk puisi dalam wawacan disebut dengan pupuh, seperti pupuh Asmarandana, Kinanti, Sinom, Dangdanggula, dll. yang jumlah semuanya ada 17 macam pupuh. Pupuh adalah bentuk-bentuk puisi yang terikat oleh aturan, seperti guru gatra, guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru gatra adalah jumlah padalisan (larik/baris) dalam setiap pada (bait). Guru wilangan adalah jumlah engang (suku kata) dalam setiap padalisan. Guru lagu adalah bunyi vokal akhir setiap padalisan. Sedangkan watek adalah karakter setiap pupuh, seperti pupuh Asmarandana yang berkarakter kasih sayang. Selain mempunyai aturan tertentu, pupuh pun bisa dinyanyikan dengan beberapa macam lagu yang berbeda.
Wawacan Sukma Jati di dalamnya menceritakan tentang tokoh Semar yang berubah wujud menjadi Sukma Jati, seorang kesatria yang gagah dan tampan. Asal mulanya ialah karena ulah Astina yang ketika itu sedang dilanda wabah penyakit dan jalan keluarnya ialah harus memenggal kepala Semar sebagai tumbal negara. Dengan bantuan Pendawa, yaitu majikan Semar dan anak-anaknya, akhirnya Astina berhasil menangkap dan membawa Semar untuk dipenggal. Namun dengan bantuan Dewa, Semar pun bisa meloloskan diri. Karena sakit hati atas perlakuan dari Astina dan Pendawa, Semar berniat hendak membalas dendam. Untuk menjalankan niatnya itu Semar pun berubah wujud jadi Sukma Jati. Demikian juga dengan anak-anaknya, Cepot dan Dewala, berubah wujud jadi Sukma Raga dan Sukma Wisesa. Di akhir cerita, mereka bertiga pun kembali lagi ke asal setelah Kresna memanah mereka dengan panah Cakra Agung.
Demikian sekelumit mengenai buku ini. Terima kasih kami ucapkan kepada keluarga Bapak Aminta yang telah meminjamkan naskah warisan leluhurnya kepada kami. Terima kasih juga kami ucapkan kepada penerbit Nuansa Aulia yang telah berkenan menerbitkan buku ini, tanpa peranannya buku ini tidak mungkin bisa menyapa pembaca semuanya.
Akhirulkalam, buku ini kami persembahkan untuk pembaca semuanya. Kritik dan saran demi perbaikan buku ini selanjutnya sangat kami nantikan. Cag!
Selengkapnya , silakan download di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar